tag:blogger.com,1999:blog-64415091239105434232024-03-14T01:00:35.188-07:00PERISTIWA BANDAR BETSIAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06934756508226632952noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-6441509123910543423.post-17260155410570706102012-11-06T18:28:00.003-08:002012-11-06T18:28:53.662-08:00PERISTIWA BNADAR BETSI
<div class="navbar section" id="navbar">
<div class="widget Navbar" id="Navbar1">
</div>
</div>
<div class="body-fauxcolumns">
<div class="fauxcolumn-outer body-fauxcolumn-outer">
<div class="cap-top">
</div>
<div class="fauxborder-left">
<div class="fauxcolumn-inner">
</div>
</div>
<div class="cap-bottom">
</div>
</div>
</div>
<div class="content">
<div class="content-fauxcolumns">
<div class="fauxcolumn-outer content-fauxcolumn-outer">
<div class="cap-top">
</div>
<div class="fauxborder-left">
<div class="fauxcolumn-inner">
</div>
</div>
<div class="cap-bottom">
</div>
</div>
</div>
<div class="content-outer">
<div class="content-cap-top cap-top">
</div>
<div class="fauxborder-left content-fauxborder-left">
<div class="content-inner">
<header>
<div class="header-outer">
<div class="header-cap-top cap-top">
</div>
</div>
<div class="main-outer">
<div class="fauxborder-left main-fauxborder-left">
<div class="region-inner main-inner">
<div class="columns fauxcolumns">
<div class="columns-inner">
<div class="column-center-outer">
<div class="column-center-inner">
<div class="main section" id="main">
<div class="widget Blog" id="Blog1">
<div class="blog-posts hfeed">
<div class="date-outer">
<div class="date-posts">
<div class="post-outer">
<div class="post hentry" itemprop="blogPost" itemscope="itemscope" itemtype="http://schema.org/BlogPosting">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6441509123910543423" name="7677660275516160064"></a>
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<a href="http://perangin-anginmergana.blogspot.com/2011/06/tugu-sudjono-simbol-revolusioner-yang.html">Tugu Sudjono, Simbol Revolusioner yang terlupakan</a>
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-7677660275516160064" itemprop="description articleBody">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-ZmLhomACyEY/TgrLAfs2q4I/AAAAAAAAAFc/MRQoR9wL8d4/s1600/15-monumen_kesepian-2.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://4.bp.blogspot.com/-ZmLhomACyEY/TgrLAfs2q4I/AAAAAAAAAFc/MRQoR9wL8d4/s200/15-monumen_kesepian-2.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
Mereka yang pernah belajar sejarah G30S/PKI ketika duduk di bangku SMA,
saat pemerintahan orde baru, pasti pernah tahu nama Letda (Anumerta)
Sudjono. Sosok ini tercatat sebagai salah satu pahlawan revolusioner
yang menjadi korban keganasan pertikaian berdarah bangsa ini di tahun
1965.<br />
Mereka yang pernah belajar sejarah G30S/PKI ketika duduk di bangku SMA,
saat pemerintahan orde baru, pasti pernah tahu nama Letda (Anumerta)
Sudjono. Sosok ini tercatat sebagai salah satu pahlawan revolusioner
yang menjadi korban keganasan pertikaian berdarah bangsa ini di tahun
1965. Perkebunan Bandar Betsy di Kec. Bandar Perhuluan, Kabupaten
Simalungun, pun menjadi demikian terkenal, sebagai lokasi peristiwa
berdarah yang merenggut nyawa perwira pengaman kebun itu.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-MATO84HpYgg/TgrLrabZCWI/AAAAAAAAAFk/wFoK68LZhPo/s1600/15-monumen_kesepian-1.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-MATO84HpYgg/TgrLrabZCWI/AAAAAAAAAFk/wFoK68LZhPo/s320/15-monumen_kesepian-1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Letda Sudjono yang kala itu berpangkat Peltu, berdasarkan teks resmi
kala itu, tewas dikampak sekelompok orang dari Barisan Tani Indonesia
(BTI) yang merupakan onderbouw PKI. Saat itu, Sudjono berusaha
mempertahankan lahan perkebunan dari penjarahan massa PKI. Peristiwa
yang dikenal dengan "Peristiwa Bandar Betsy" merupakan aksi sepihak PKI
dan onderbouwnya untuk merebut kekuasaan yang sah.<br />
<br />
Aksi-aksi sepihak PKI dan organ-organ resminya, mencapai klimaks pada
tanggal 30 September 1965 dalam bentuk kudeta berdarah. Tujuh jenderal
TNI-AD di Jakarta dan beberapa lainnya di berbagai daerah menjadi korban
keganasan PKI. Sejumlah sejarahwan menyingkap pertikaian sesama anak
bangsa itu memakan korban tak kurang dari 300 ribu nyawa di seluruh
negeri. Belakangan, pemerintah Orde Baru menobatkan para jenderal korban
PKI itu sebagai 'Pahlawan Revolusi.'<br />
<br />
Sebagai kenangan kepada generasi mendatang, tugu peringatan para
pahlawan revolusi itu didirikan dengan biaya yang tak kecil. Satu di
antaranya adalah 'Tugu Sudjono.' Melihat keberadaan monumen itu, Senin
(13/8), diperkirakan miliaran rupiah uang negara mengucur, saat proses
pembangunan berlangsung. Terletak di lahan yang luasnya diperkirakan 0,5
Ha, tugu Sudjono di awal pembangunannya terasa begitu megah. <br />
<br />
Model bangunan Tugu Sudjono sama dengan Monumen Tugu Tujuh Pahlawan
Revolusi di Komplek Lubang Buaya, Jakarta. Bedanya, agak ke depan dari
monumen itu ada patung Letda Sudjono, seolah memimpin ke tujuh jenderal
itu. Harus diakui, tugu itu menyimpan aura mistis dan kharisma bagi
khalayak yang mengunjunginya.<br />
<br />
Tapi cerita itu ada di era Orde Baru. Kini, tugu itu bagai monumen tanpa
arti sama sekali. Simbol revolusioner rakyat Sumatera Utara itu,
seolah kesepian, karena tak lagi, mendapat perhatian. Jalan menuju
monumen itu, sejak dari Perkebunan Laras PTPN IV hingga ke lokasi yang
diperkirakan berjarak 15 km, sudah tak lagi mulus, karena 2/3 dari
panjang jalan, kondisinya kupak-kapik. Terutama di areal Perkebunan
Bandar Betsy. Pihak perkebunan terkesan tak peduli dengan kondisi jalan
itu.<br />
<br />
Di areal Tugu Sudjono, perasaan pun jadi terenyuh, karena monumen itu
seakan menangis dengan kondisinya yang tak terurus. Monumen megah itu,
terlihat kusam dan beberapa bagiannya sudah dipenuhi lumut. Taman yang
mengelilingi tugu itu, berubah menjadi tumbuhan liar yang mengganggu
pemandangan. Sementara ilalang menyeruak liar di berbagai tempat, dengan
ketinggian hampir sepinggang.<br />
<br />
Kamar mandi yang berada persis di depan tugu, bak rumah hantu. Sedangkan
pondok peristirahatan yang dibuat untuk pengunjung resmi maupun biasa,
dalam kondisi hendak rubuh. Lantai areal berlapis batu conblok, sebagian
sudah menghitam dan di sela-selanya ditumbuhi rerumputan tebal.<br />
<br />
Beberapa warga di sekitar lokasi, mengakui sejak beberapa tahun
belakangan monumen itu tak lagi dipelihara. Jika sebelumnya banyak
pelajar yang mau berkunjung ke monumen itu, kini sudah tak ada lagi.
Karena semua fasilitas yang memungkinkan pengunjung untuk berlama-lama
di sana tidak tersedia. Tugu Sudjono, saat ini, tak lebih dari bangkai
sejarah yang kenangan tentangnya perlahan mulai pupus.<br />
<br />
Era Reformasi, ternyata tidak mau berkompromi pada simbol-simbol
hegemoni sebelumnya. Karena reformasi juga tengah membangun
simbol-simbol hegemoni untuknya. Meski simbol hegemoni itu untuk dua
potong kata 'pahlawan revolusi.' Lalu, di usia RI ke-62, adakah istilah
lain yang tengah dibangun rezim reformasi sekarang ini? Sejarah kelak
akan mencatatnya.
</div>
<div class="post-footer">
<br /><div class="post-footer-line post-footer-line-3">
<span class="reaction-buttons"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 100%px;"><tbody>
<tr><td class="reactions-label-cell" nowrap="nowrap" valign="top" width="1%"><br /></td><td><br /></td>
</tr>
</tbody></table>
</span>
<span class="post-location">
</span>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<div class="date-outer">
<h2 class="date-header">
<span>Senin, 20 Juni 2011</span></h2>
<div class="date-posts">
<div class="post-outer">
<div class="post hentry" itemprop="blogPost" itemscope="itemscope" itemtype="http://schema.org/BlogPosting">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6441509123910543423" name="2831732989873319089"></a>
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<a href="http://perangin-anginmergana.blogspot.com/2011/06/next-2periodisasi-konflik-di-daerah.html">next 2...PERIODISASI KONFLIK DI DAERAH POSO-MOROWALI</a>
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-2831732989873319089" itemprop="description articleBody">
<br />
<br />
<br />
Dalam suasana panas beginilah, Bendahara Majelis Sinode GKST, Oranye
Tadjodja (58), dibunuh setelah disiksa di bangunan bekas Hotel Kartika
di tepi Jalan Raya Trans Sulawesi di Kelurahan Kayamanya pada hari Sabtu
siang, 15 November 2003. Ketua DPC Partai Damai Sejahtera (PDS)
Kabupaten Poso itu dibunuh bersama Yohannes (“Butje”) Tadjodja,
keponakan yang juga jadi sopirnya waktu itu, yang lehernya hampir putus
ditebas. Nampaknya untuk mengalihkan jejak, kelompok pembunuhnya
melarikan mobil Toyota Kijang DN 440 E milik almarhum bersama jenazah
kedua korban ke Kecamatan Poso Pesisir dan meninggalkannya di lembah
Sungai Puna. Dengan demikian, bisa timbul kesan bahwa tokoh Kristen itu
dibunuh oleh massa Muslim di Poso Pesisir yang sedang marah akibat
ditembaknya seorang warga mereka, Hamid alias Ami, oleh satuan Brimob
yang datang menangkap orang-orang yang dicurigai terlibat dalam
penyerangan di Poso Pesisir tanggal 12 Oktober 2003 (RKP News, 16 Nov.
2003; Suara Pembaruan, Bernas & Manado Post, 17 Nov. 2003;
sumber-sumber lain). Dugaan itu masuk akal, lantaran semangat baku
balas dendam sedang menggelora kembali. Ribuan warga Muslim yang
berdemonstrasi di depan Markas Polres Poso pada hari Minggu, 16
November, memprotes penembakan Hamid dan menuntut pembebasan dua orang
kawannya, Irwan bin Rais dan Sukri. Mereka melampiaskan kemarahan mereka
kepada Deny Lingkuwa (22), seorang warga Desa Wawopada, Kabupaten
Morowali yang baru saja lulus dari testing calon pegawai negeri sipil di
Departemen Agama Poso. Pemuda malang berambut cepak itu tewas dianiaya
massa yang keliru menyangka dia intel polisi. Motor Yamaha Shogun yang
korban kendarai hangus dibakar massa. Begitu pula sebuah motor sumbangan
Menko Kesra Jusuf Kalla yang diparkir di depan Markas Kompi IV Pelopor
Brimob Polda Sulteng di Kelurahan Mo-engko di pinggiran barat kota Poso
(RKP News, 16 Nov. 2003; Radar Sulteng, 16 Nov. 2003; Suara Pembaruan,
Kedaulatan Rakyat, Komentar & Manado Post, 17 Nov. 2003;
sumber-sumber lain). Sementara itu, dua bentuk teror, yakni bom
dan penembakan misterius, terus terjadi. Sebuah bom juga meletus di
daerah Lembomawo ketika umat Kristen di sana sedang menyiapkan diri
untuk merayakan Natal, 25 Desember lalu. Untunglah tidak sampai ada
korban. Tapi yang lebih menguntungkan lagi adalah bahwa
gangguan-gangguan keamanan itu tidak sampai membakar kembali semangat
baku serang di antara kedua komunitas agama, yang sesungguhnya mewakili
masyarakat asli dan masyarakat pendatang, atau mewakili yang tersisih
dan yang menjadi kelompok dominan di bidang politik, ekonomi dan budaya.
</div>
<div class="post-footer">
<div class="post-footer-line post-footer-line-1">
<span class="post-author vcard"><br />
</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</header></div>
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06934756508226632952noreply@blogger.com2